Wabah Penyakit itu Dinamakan Hoax



"Coba perhatikan dunia sekitar Anda. Kelihatannya sulit untuk diubah, mustahil digoyah. Sesungguhnya tidak demikian. Dengan dorongan seringan-ringannya, asal di tempat yang tepat, apa pun dapat diungkit." -Malcom Gladwell

Ada puluh triliyunan informasi yang tersebar di alam semesta, manusia menangkap informasi tersebut, menelaah dan menyaringnya lewat pikiran, lalu menghasilkan sebuah dokumentasi yang ia sampaikan kepada manusia lainnya. cara penyampaian ini pun berkembang seiring waktu. yang tadinya hanya melalui mulut ke mulut, berkembang menjadi gambar-gambar di dinding goa. lalu ketika akhirnya ditemukan tulisan, manusia menemukan cara yang lebih efisien dan dapat berpindah seperti kulit hewan yang ditulis atau digambari. ketika akhirnya teknologi mulai berkembang pesat, ditemukanlah sebuah mesin canggih bernama komputer.

Manusia pun masih berupaya menciptakan inovasi pengiriman pesan yang lebih mudah dipakai, melewati batas waktu dan tempat yang selama ini menjadi kendala dalam penyebaran sebuah informasi. kemudian ditemukanlah internet. sebuah cara untuk menyebarkan informasi dari manusia yang satu dengan manusia lainnya. 

Lama kelamaan, dengan inovasi-inovasi yang tiada henti menjadikan penyebaran informasi menjadi semudah dan secepat sekarang. Kita dapat memberitahu informasi apapun yang kita baru dapat satu detik yang lalu kepada orang yang berada di belahan dunia lain di saat yang sama dengan media sosial. Kita juga dapat bertemu secara virtual dengan orang yang kita rindukan dengan mudah melalui video call. kemudian, kemudahan-kemudahan ini menyebabkan informasi yang tadinya mungkin hanya bisa disebarkan ke sebagian manusia, menjadi dapat disebarkan kepada semua orang.setiap orang. dengan cepat. tanpa perlu mengalami proses penyaringan dahulu.

Yang kemudian dapat menjadi sebuah wabah yang mengancam seluruh umat manusia.

bencana yang sedang kita bicarakan bukanlah bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, gunung meletus dan lain-lain. Bencana ini merusak, tetapi merusak dari dalam. dimulai dari satu individu lalu menyebar seperti wabah, ke individu lainnya dan kemudian, jadilah sebuah kerusakan suatu masyarakat. semua itu dimulai dari, apa yang kita katakan sebagai berita palsu atau hoax.

bencana yang kita sedang bicarakan adalah, ketika, Informasi yang kita dapat, tidak mengalami proses penyaringan yang benar, dan mengandung suatu informasi yang salah dan kemudian menyebar luas ke orang-orang yang juga tidak punya penyaringan yang tepat. seperti virus, informasi beracun tersebut menyebar dan menanamkan kebencian yang tak berdasar kepada orang-orang yang tidak siaga dan megakibatkan kehancuran secara perlahan. inilah yang kemudian dapat kita sebut dengan "Epidemi Sosial"

Epidemi sosial dapat dijelaskan dengan hukum 80/20, yaitu gagasan bahwa pada umumnya, 80% "pekerjaan" dilakukan hanya oleh 20% orang yang terlibat. Dalam masyarakat pada umumnya, 80% kejahatan dilakukan oleh 20% penjahat; 80% kecelakaan lalu lintas dilakukan oleh 20% pengendara, 80% kekayaan dikuasai oleh 20% warga, dan seterusnya. akan tetapi jika berbicara mengenai epidemi, ketidakseimbangan itu semakin ekstrem. Seluruh pekerjaan hanya dilakukan oleh segelintir orang. Itulah yang disebut sebagai hukum tentang yang sedikit (the law of the few). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa epidemi gonore di Colorado yang berpenduduk 100.000 orang dipicu secara dramatis hanya oleh ulah 168 orang di empat kawasan permukiman yang senang berkunjung ke enam bar yang sama. maka sama seperti penyebaran Gonore di Colorado, Hoax pun menyebar dengan cara yang sama

Hoax awalnya disebar oleh beberapa orang. sekelompok orang tersebut bisa saja sindikat penyebar hoax ataupun orang iseng, siapapun mereka pasti mereka punya tujuannya sendiri. orang-orang ini biasanya punya akun sosial media yang mempunyai banyak followers, ataupun mempunyai banyak grup. lalu dari situlah mereka memulai penyebaran epideminya. mereka mulai membagikan tulisan beracun tersebut di semua grup yang mereka punya. Kemudian orang-orang yang tidak mempunyai 'saringan teh' yang tepat memakan mentah-mentah apa yang disebar oleh kelompok tersebut dan menyebarkannya. lalu hal ini berlangsung secara terus-menerus dan jadilah epidemi Hoax, yang merusak masyarakat dari dalam, dimulai dari akal mereka.

sebenarnya penyebaran informasi yang salah seperti ini sudah sering terjadi di seluruh dunia, namun, dengan penyebaran informasi yang semakin mudah di masa ini, menjadikan penyebaran berita bohong menjadi lebih cepat, efisien dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga penyebarannya pun jadi seperti wabah. Oleh karena itulah, sangat penting untuk kita mengetahui hal mendasar tentang berita bohong yang tersebar di internet, sehingga kita tidak mudah terprovokasi oleh berita yang belum tentu kebenarannya yang banyak tersebar di internet


Mengenal Hoax

Hoax merupakan istilah populer yang digunakan untuk menyebutkan berita bohong. Hoax, di berbagai negara erat kaitannya dengan April Mop yang umumnya dirayakan setiap tanggal 1 April. Sejarah penggunaan kata Hoax sendiri berasal dari filsuf asal Inggris, Robert Nares (1822). Menurut Nares, hoax berasal dari kata "Hocus", yang berarti menipu. Hocus sendiri merupakan mantra sulap yang merupakan kependekan dari "Hocus Pocus". 

Bagaimana istilah ini bisa menjadi populer? ini diawali dengan pemutaran film The Hoax yang dibintangi Richard gere pada 2006 lalu. Film yang disutradarai Lasse Hallstrom yang skenarionya ditulis oleh William Wheeler ini diangkat dari sebuah buku yang berjudul sama karya Clifford Irving. karena terkenalnya film ini, banyak orang jadi latah menggunakan istilah ini untuk mengatakan suatu berita bohong. semakin lama, kata hoax semakin populer dan akhirnya digunakan di seluruh dunia termasuk indonesia.



Mengidentifikasi Hoax

Untuk memahami Hoax lebih dalam, saya mengambil salah satu kasus yang pernah terjadi di indonesia, yang dampaknya sangat menyeluruh dan signifikan sehingga mengakibatkan kebencian tak berdasar oleh mayoritas rakyat indonesia kepada orang yang berbeda pendapat dengannya. saya mengambil contoh kasus pada pemilu 2014 silam. untuk menemukan berita hoax tersebut saya mencari dengan kata kunci yang paling sering dibicarakan oleh orang-orang di sekitar saya pada waktu itu. inilah hasilnya :





Seorang pembaca yang kritis pasti sudah dapat mengidentifikasi dengan baik bahwa jelas berita-berita yang tercantum diatas adalah HOAX. berita tersebut sudah teridentifikasi HOAX sejak dari judulnya. adapun ciri-ciri berita hoax yang terdaat dalam judul-judul tersebut adalah :


1. Kata-kata yang cederung berlebihan

2. Bahasa yang Menghakimi
3. Berat Sebelah
4. Kata yang tidak baku

seperti hal yang sudah saya katakan diatas, sebenarnya sangat mudah untuk memeriksa kebenaran dari sebuah berita sejak dari judulnya. namun ternyata, dalam sebuah survey yang dilakukan oleh masyarakat telematika indonesia (MASTEL), hanya 28% dari responden yang langsung menyadari jika suatu berita tersebut adalah hoax, sedangkan 54% masih ragu-ragu dan 18% tidak dapat mengidentifikasi artikel hoax. padahal mayoritas responden adalah berpendidikan setara Strata 1.


jelas hal yang seperti ini menjadi suatu pekerjaan rumah sendiri bagi pemerintahan indonesia, mengingat belakangan ini perpecahan akibat Hoax semakin banyak. pemerintah sendiri sebenarnya sudah melakukan beberapa pencegahan dan pemberantasan Hoax di internet, namun ternyata hal-hal tersebut belum cukup efektif untuk menghabisi berita-berita hoax yang tersebar di internet yaang sangat berpotensi memecah belah rakyat indonesia. kita juga tidak dapat menyalahkan sepenuhnya kepada pemerintah karena ternyata tanpa kita sadari, salah satu dari penyebar dari 'virus' itu adalah : Diri kita sendiri.


Bagaimana Hoax Dapat memecah belah suatu masyarakat

Epidemi hoax memang membawa virus yang mematikan. dampak dari epidemi ini bukan main, bisa membuat suatu fitnah yang kadang sama sekali tidak masuk akal atau bahkan pecahnya perang dunia. mungkin kalian kira saya bergurau,tetapi ini memang benar adanya. Pada awal bulan September 1939, Adolf Hitler, memerintahkan untuk menyerang Polandia karena telah menembaki tentara Jerman. Peristiwa ini merupakan awal pemicu meletusnya Perang Dunia II. Namun kebohongan akhirnya terungkap bahwa ternyata tentara Jerman sendiri yang membunuh pasukan Jerman di perbatasan Polandia.

Ada lagi kisah ketika seorang gadis berusia 15 tahun bernama Nayirah al-Sabah bersaksi depan Kongres Amerika Serikat atas pembantaian ratusan bayi oleh tentara Irak di rumah sakit Kuwait. Amerika Serikat lantas melakukan Operasi Badai Gurun yang menewaskan lebih dari 20.000 tentara Irak. Beberapa tahun kemudian diketahui bahwa Nayirah al-Sabah merupakan putri dari duta besar Kuwait untuk Amerika Serikat. Ia kemudian diketahui mengambil kelas akting terlebih dahulu sebelum memberikan kesaksiannya.

Ternyata, Hoax ada bahkan dalam peristiwa yang menyangkut keselamatan seluruh umat manusia. Hoax memang menghantui kita semua, baik dengan dampak yang kecil ataupun dengan dampak yang besar. persoalannya sekarang, apakah kita rela jika kita, masyarakat indonesia, yang dari zaman dahulu sudah beragam, dipecah-belah hanya oleh berita palsu yang disebarkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab? relakah kalau tiba-tiba kita berperang hanya demi mempertahankan rasa primordial kita yang tidak berdasar?

Daripada sibuk membaca konten-konten di internet yang belum tentu benar, mari kita mulai mengedukasi diri kita sendiri, agar kita tidak ikut terjangkit wabah yang sama, wabah yang mulai menggrogoti akal rakyat Indonesia. apabila kita sudah dapat mengedukasi diri sendiri, cepat atau lambat Hoax akan mati karena kita telah memberikan vaksin paling efektif yang dapat mencegah hoax agar tidak menyebar ke seluruh permukaan bumi. dan yap, itu semua memang dimulai dari diri kita sendiri.


Langkah pencegahan Hoax

seperti yang dikatakan diatas, langkah pencegahan hoax dapat kita mulai dari diri kita sendiri. cara yang terbaik untuk mengenali dan mencegah penyebaran hoax adalah:
1. Skeptis
2. Kenali ciri-ciri berita hoax
3. Cari dari sumber lain yang terpercaya
4. lacak penulis aslinya
5. laporkan bila kamu melihat kejanggalan pada berita tersebut

Setelah mengubah karakter diri kita sendiri, sekarang saatnya kita untuk mampu mengidentifikasi suatu berita hoax. adapun ciri-ciri dari berita hoax adalah :

Hoax yang memecah belah

Jika diibaratkan dengan sebuah penyakit,



Toleransi

Untuk menutup artikel panjang ini, saya ingin mengambil sebuah kutipan dari Karlinna Suppeli, adapun kata-kata tersebut adalah "Toleransi adalah ketika kita tidak diminta menerima atau menyetujui. Kita diminta mengakui dan menghormati hak seseorang atau kelompok untuk menganut dan mengemukakan nilai-nilai yang tidak kita setujui. Toleransi tidak menghalangi kritik dan konflik, tetapi ada batas sejauh mana konflik dapat berlanjut. Kita tidak dapat mentoleransi yang tidak toleran "
 


SUMBER :
Supelli, K. (2017, Agustus 8). Menolak Intoleransi, Merawat Indonesia : Tantangan Bagi Media. Retrieved from Independen.id: http://independen.id/read/media/486/menolak-intoleransi-merawat-indonesia-tantangan-bagi-media/
http://citizen6.liputan6.com/read/2823856/7-berita-hoax-ini-sebabkan-perang-antarbangsa
https://www.merriam-webster.com/dictionary/hoax
https://www.brilio.net/life/ini-asal-usul-kata-hoax-dan-bagaimana-bisa-dikenal-banyak-orang-150520l.html#
http://jurnalistik.co/media-dan-literasi/materi-media-dan-literasi/59-berita-hoax.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Hoax
http://mastel.id/infografis-hasil-survey-mastel-tentang-wabah-hoax-nasional/
https://en.wikipedia.org/wiki/Nayirah_testimony

0 comments:

Post a Comment