Filosofi Cukup : Perempuan dan Cinta

Cukup itu berlaku di segala aspek dalam hidupku. Personally, aku ini tipikal orang yang menganggap suka kepada orang dengan wajah biasa dan hidup biasa saja itu lebih rasional dan aman untuk berpuluh-puluh tahun kedepan daripada pasangan yang berwajah tampan, kaya, pintar, dll. Yang terpenting wajahnya membuatku nyaman melihatnya, dan damai. ini karena di dalam fikiranku, orang yang punya suatu kelebihan yang kelihatan, sangat beresiko untuk kedepannya. kenapa? pertama, kehidupan yang amat berlebih memberikan peluang perselingkuhan yang lebih besar, karena dia punya banyak pilihan. ada banyak yang suka dengan dia, kan? kedua, yang namanya manusia, dilebihkan di satu hal itu berarti dikurangkan di satu hal lainnya sebagai penyeimbang. orang yang berwajah menarik sudah pasti dikurangkan di satu tempat lainnya, begitu pula orang yang terlalu kaya atau terlalu pintar.

ini membawaku kembali ke pertanyaan-pertanyaanku yang muncul semalam. kenapa tayangan-tayangan anak-anak untuk laki-laki menggambarkan keseruan untuk bermain, meraih cita-cita, sedangkan tayangan anak-anak untuk perempuan, hampir semuanya, menceritakan kisah percintaan antara seorang gadis dengan seorang yang sempurna layaknya pangeran? Aku menyadari ini ketika aku melacak kartun favoritku sewaktu aku kecil dulu. kusebutkan beberapa, Kamichama Karin, Tokyo Mew Mew, semua seri Barbie, semua Disney Princess, dan lain-lain. Belum lagi sinetron, drama korea dan film-film yang mayoritasnya menceritakan tentang drama percintaan. aku jadi ngeri sendiri membayangkan dampak apa sebenarnya yang telah terjadi pada diriku sendiri akibat terpaparnya aku dengan hiburan-hiburan itu. 

Beberapa waktu kemarin aku sempat menonton rebootnya Charlie Angels. awalnya aku merasa film itu menggambarkan feminisme dengan sangat berlebihan. Namun, setelah aku pikir-pikir lagi, jika dibandingkan dengan kartun yang aku sebut diatas serta membandingkan dengan film seperti James Bond, yang menganggap wanita sebagai makhluk yang lemah, aku rasa Charlie Angels tidak terlalu buruk. Mengajarkan bahwa perempuan bisa jadi apa saja, walaupun yaa setiap hal yang kemudian kita pilih, pasti ada pengorbanan yang harus dilakukan. 

Terakhir, aku menyoroti kisah seorang idol korea yang bunuh diri dua hari yang lalu. Dikatakan salah satu penyebab depresi dari idol ini adalah karena mengalami kekerasan dan ancaman yang dilakukan oleh kekasihnya. Hal inilah yang kemudian membuatku merenung kembali. kedua orang yang bertikai ini, pada mulanya juga saling tertarik. saling suka. lihat akhirnya bagaimana? dan kasus seperti ini bukan hanya sekali ini terjadi. hampir sepanjang perjalanan hidup manusia di muka bumi ini, selalu ada saja kisah seperti itu. Ingat kasus artis yang mengejek mantan istrinya dengan sebutan "ikan asin"? mereka juga awalnya saling jatuh cinta, kan? saling mengikat janji bersama. di depan semua orang yang hadir pada saat pernikahan mereka. bersaksi kepada Tuhan bahwa mereka akan jadi pasangan yang saling mendukung satu sama lain. ternyata, suatu ikatan itu bukanlah akhir, melainkan awal. jadi, jangan pernah memulai sesuatu dengan berlebihan karena kita tidak pernah tau bagaimana akhir dari sebuah kisah.

Dari semua hal ini, aku mendapat pelajaran penting, jangan berlebihan menilai segala sesuatunya. akan lebih baik kalau aku tetap berada di tengah, tidak di kiri ataupun di kanan. tidak terlalu bahagia ataupun tidak terlalu bersedih. tidak berekspektasi berlebihan terhadap suatu hal. Tidak terlalu membenci atau memuja. Tidak berekspektasi berlebihan kepada suatu hal atau seseorang. dengan begitu, hidupku bisa menjadi lebih damai dan tenang.

0 comments:

Post a Comment