Sebuah pagi yang lain di B203 Fisip
Unpad Jatinangor. Ketika itu dosenku, sedang memberikan penjelasan mengenai
mana yang lebih dulu, visi, misi, atau tujuan? Sebelumnya aku memahami kalau
visi adalah gambaran masa depan yang abstrak dan ditemukan paling awal sebelum
kita merumuskan misi dan tujuan. Sedangkan misi adalah langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut. Serta tujuan yaitu gambaran apa
yang terjadi di masa depan setelah kita mencapai visi tersebut. Namun
definisiku ternyata menjadi rancu ketika salah seorang temanku mengungkapkan
pendapatnya “misi itu adalah alasan dari organisasi atau hal tersebut ada”
Boom! aku nge-blunder sendiri, bingung, sedangkan dosen yang terdahulu bilang
kalau ya visi dulu, baru misi. Jadi sebenernya tuh ya, yang mana yang bener?
Karna semua ilmu yang ada di otakku
tidak cukup dan memikirkannya malah bikin aku tambah pusing, akhirnya aku coba
untuk memakai teori si Bapak. Benarkah misi itu muncul lebih dahulu dari visi?
Kalau begitu, hal pertama yang harus aku lakukan adalah menjabarkan misi sesuai
dengan pengertian yang disetujui oleh beliau. Jadi aku mulai menjabarkan misi
yang paling mudah untuk aku pikirkan, yaitu misi hidupku.
Sambil aku memikirkan misi hidupku
itu, dosenku itu mengatakan lagi kalau misi itu tidak akan pernah bisa diubah,
karena misi itu merupakan alasan mengapa sesuatu itu (entah apapapun sesuatu
itu baik manusia maupun organisasi) tersebut ada, maka misi itu akan menjadi
pijakan berdirinya si sesuatu itu sampai ketika si sesuatu tersebut tidak
berada lagi di dimensi/dunia yang sama dengan dunia yang dia tinggali.
Setelah selesai menjabarkan misi
hidupku (lihat di akhir postingan), aku mencoba lagi berdiskusi dengan temanku
mengenai visi dan misi ini. aku mendiskusikannya dengan teman duduk sebelahku,
Jasmine. Katanya Misi itu ga bisa bisa diubah dan merupakan alasan paling dasar
tentang mengapa sesuatu itu ada. Kalau begitu, berarti semua manusia di muka
bumi ini mempunyai misi yang sama. Jadi, kalau sebenarnya semua manusia
mempunyai misi untuk membuat bumi menjadi tempat yang layak untuk dihidupi, dan
karena semua misi manusia itu adalah baik, maka bagaimana caranya kita dapat
mendefinisikan orang baik dan orang jahat? Blunder lagi. kami berdua diam,
sama-sama berpikir.
“kalau begitu, tentu tidak ada di
dunia ini yang bisa dikatakan orang jahat. Seperti Hitler. Dia mungkin dikenal
sebagai salah satu pembantai manusia. Namun jika dijabarkan kembali dimulai
dari misinya, Hitler tidak bisa di definisikan sebagai orang jahat. Karena
misinya adalah untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Caranya? Dengan
memurnikan ras manusia menjadi hanya satu ras unggul yaitu ras Arya” kataku.
Azis tiba-tiba nyeletuk “lu kaya
Madara!”
“loh kok kaya Madara?”
“iya, dia itu tujuannya juga untuk
menciptakan dunia yang lebih baik juga, makanya dia buat akatsuki”
“tapi dia jahat kan?”
“kalau menurut gue sih engga. Itu
cuma cara dia aja sih untuk mencapai tujuannya dia”
“oke, pertanyaannya ganti. Bukan
jahat, tapi dia tokoh yang kontra dengan pemain utama kan? Dia antagonis di
Naruto?”
“ya, tapi dia ga jahat.”
“hmm kalau gitu yang jahat siapa?
Orochimaru?”
“kalau menurut gue juga dia juga ga
jahat sih. Lebih tepatnya dia itu terlalu haus ilmu, karena dia punya rasa
ingin tahu yang tinggi serta suka baca, jadi dia menghilangkan rasa ingin
tahunya yang tinggi itu ya dengan membunuh orang-orang, ngambil jantungnya,
ngebunuh orang lagi, ngambil jantungnya, diteliti. Ya gitu.”
“terus kalau gada yang jahat, gimana
dong?”
“baik itu relative sih. Jahat juga.
orang jahat ada karena ada orang baik.”
Percakapan berhenti karena dosen
selanjutnya masuk. Tapi aku tidak berhenti memikirkan percakapan ini. Lalu
bagaimana mendefinisikan suatu kejahatan kalau baik dan jahat itu relative?
Tidak ada pijakan apapun, semua jawaban adalah relative. Tergantung situasinya.
Tapi kita, sebagai manusia, tentu harus punya standar pada setiap perbuatan
kan? Kita tidak mungkin menggantungkan semuanya hanya pada kata “relatif” saja.
pasti ada jawabannya. Pasti ada tolak ukurnya. Lalu aku memikirkan lagi kata
kata azis bahwa, jahat muncul karena ada baik. Sedangkan baik itu muncul karena
ada indicator dalam suatu wilayah tersebut dalam kurun waktu tertentu yang
embuat orang-orang di wilayah dan tempat tertentu itu dapat mendefinisikan
bahwa sesuatu itu baik. Mungkin ada seseorang Role Model yang kemudian dijadikan
indicator baik di wilayah tersebut. Kenapa dia dapat dikatakan sebagai orang
baik? Karena dia dapat memberikan dampak yang bermanfaat bagi sebagian besar
penduduk di wilayah dan waktu tersebut. Ada yang mendapat dampak buruk? Ada.
Kalau yang benci padanya? Ada juga, pasti. Berarti apakah orang tersebut dapat
dikatakan sebagai orang baik? Atau karena ada sebagian kecil orang yang
membencnya, dapatkah kita katakan dia orang jahat?
Nah, berawal dari sebuah pencarian
mengenai “definisi misi”, aku malah jadi mendapatkan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang selama ini aku gagal menjawabnya. Pertanyaannya
adalah : Mengapa Al-Quran diturunkan? Mengapa turunnya perlahan? Mengapa ada
nabi? Mengapa kita tidak dapat mengatakan bahwa seseorang itu adalah seorang
yang baik atau seorang yang jahat, apa misi hidupku dan alasan aku tidak telat
tadi pagi. Sekarang aku akan menjawab pertanyaan itu satu per satu.
Mengapa Al-Quran diturunkan? Al-Quran
adalah sebuah pedoman pembuatan visi, tujuan, dan indicator kita. Kenapa Misi
tidak termasuk? Karena kita tidak perlu membuat misi lagi, al-quran sudah
menerangkan mengenai misi kita selama hidup di dunia. Ibaratnya, Al-Quran itu
adalah SOP manusia selama hidup di dunia dan dimensi ini. walaupun kita tidak
dapat mendefinisikan seseorang sebagai orang baik ataupun orang jahat, tetapi
kita dapat mendefinisikan perbuatan buruk yang dilakukan seseorang dengan
Al-Quran sebagai dasarnya. Jadi kita, punya pijakan untuk setiap langkah yang
kita buat. Al-Quran ini asalnya dari yang punya segala isi dunia ini dan
menciptakannya, sehingga tidak ada yang salah di dalamnya. Nah, Fungsi Al-Quran
adalah mencegah kita membuat “Visi” yang salah walaupun mungkin “Misi” kita
yang sebenarnya sudah tepat. Al-Quran memberikan sasaran, Tujuan, dan Indikator
keberhasilan yang dapat kita jadikan dasar yang spesifik, terukur dan teknisnya
cuga tercantum secara detail sehingga seharusnya tidak ada lagi kebingungan
lagi karena Al-Quran sudah sebegitu detailnya menjabarkan Standar Operasional
Prosedur hidup kita sebagai manusia.
Visi, Sasaran serta Indikator yang
salah membuat Hitler, Madara dan Orochimaru melakukan tindakan yang dapat kita
definisikan sebagai tindakan buruk (ingat, kita dapat mendefinisikan suatu
tindakan yang dilakukan oleh orang lain sebagai tindakan yang buruk atau
tindakan yang baik tetapi tidak dapat mengatakan seseorang tersebut sebagai
orang jahat atau orang baik.)
Selanjutnya, mengapa harus ada Nabi?
Nabi muncul sebagai sosok Role model yang dibutuhkan oleh manusia. Manusia
butuh Role model sebagai contoh. Mungkin terlintas di pikiran kita, kenapa
tidak menjadikan orang tua saja sebagai Role Model? Jawabannya karena kita
memang diwajibkan untuk menyayangi dan menghormati orang tua kita, Namun, kamu
harus tau kalau tidak semua orang tua punya Visi yang sesuai dengan pedoman
hidup manusia, yaitu Al-Quran. Sedangkan Nabi Muhammad, walau beliau pernah
salah juga selayaknya manusia lainnya, tapi beliau punya hati yang suci dan
sudah dijmn di dalam al-quran. Serta sudah pasti punya visi yang sejalan dengan
al-quran dan sesuai dengan misi hidup manusia yang tercantum di dalam Al-Quran.
Pertanyaan selanjutnya, Mengapa tidak
boleh mengatakan seseorang sebagai orang baik atau orang jahat? Karena hanya
Allah yang punya data akurat dan akumulasi dari perbuatan baik dan jahat yang
pernah dilakukan seseorang selama hidupnya. Sebenarnya boleh saja kamu mencoba
untuk melakukan penelitian mengenai apakah seseorang itu orang yang baik atau
orang jahat tapi sebelumnya coba kamu definisikan dulu apa sebenarnya yang
dikatakan orang jahat itu? seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang jahat
ketika akumulasi dari seluruh tindakan buruk dan niat yang buruk yang dilakukan
orang tersebut selama hidupnya lebih banyak daripada akumulasi perbuatan dan niat
baiknya. Namun untuk sampai pada hal tersebut pertama-tama kamu harus sebegitu
kurang kerjaannya sampai-sampai kamu harus mengawasi dia selama 24 jam penuh
sejak dia lahir sampai dia meninggal. Lalu kamu menghitung seluruh perbuatan
baik yang dia lakukan serta perbuatan jahat yang dia lakukan. Dan kalaupun kamu
sebegitu kurang kerjaannya dan akhirnya kamu mendapatkan data mengenai tindakan
yang dia lakukan pun, kamu tetap tidak mempunyai data akurat mengenai isi
hatinya sebenarnya, mengenai apakah ketika dia melakukan tindakan buruk
tersebut, dia benar-benar menginginkan terjadi suatu hal yang buruk atau
sebenarnya sebaliknya? Bagaimana sesungguhnya cara dia berpikir, mungkin itu
semua salah paham? Kamu tidak mempunyai data tersebut jadi tetap saja pada akhirnya
penelitianmu itu tidak dapat dikatakan valid.
Terakhir, dua pertanyaan ini akan
terjawab sekaligus. Apa misi hidupku? Kenapa aku tidak telat tadi pagi? Nah,
dua pertanyaan terakhir ini sebenarnya merupakan benang merah dari semua
kata-kata ini, serta benang merah yang menghubungkan aku dengan kalian, para
pembaca. Kedua pertanyaan ini menurutku tidak bisa dipisah. Jawaban misi
hidupku akan terjawab ketika pertanyaan kenapa aku tidak telat hari ini, kenapa
jasmine datang ke kosanku pagi ini, kenapa tadi pagi aku sarapan dan kenapa
dosenku datang pada jam delapan. Jawabannya, semua hal tersebut terjadi agar
aku dapat merumuskan misi hidupku tadi pagi dengan kondisi yang masih fokus,
dan aku dapat mendengarkan dengan baik ketika doenku menyampaikan materi dari
awal dan mendengar temanku mendefinisikan misi menurut apa yang ia pahami dan
baca. Kemudian itu menyebabkan aku tertarik, mencoba mendefinisikan dengan
pemahamanku sendiri, berdiskusi dengan temanku, mendapatkan rumusan dasar
misi-misi hidupku, dan akhirnya berbahagia karena telah mencapai keberhasilan
dengan tulisan ini. kenapa? karena tulisan ini merupakan salah satu indicator
capaianku dalam melaksanakan misi hidupku yang juga merupakan misi hidup
manusia lainnya. Salah satu misi hidupku sebagai manusia adalah “Memberikan
manfaat yang sebanyak-banyaknya kepada seluruh makhluk di alam semesta dan
dimensi ini”
Terimakasih telah berpartisipasi
dalam langkahku menuntaskan misi.
_____________________________________________
Ps : Terimakasih teman diskusiku,
Jasmine dan Azis yang ngebuka pikiranku. Tadi saat lagi asik nulis draft
tulisan ini juga tinta pulpenku abis dan akhirnya aku bawa pulang pulpennya
azis. Makasih azis!
Ps lagi : kalau mau menilai, tolong
nilai tulisanku, bukan menilai aku ya. Tetep, CMIIW ya.
*Percakapan diatas tidak sepenuhnya
asli, ada beberapa yang direvisi khususnya untuk keperluan verifikasi data.
*aku membaca 3 web untuk memastikan
pernyataanku bahwa cara Hitler menjadikan dunia menjadi tempat yang lebih baik
adalah dengan cara memurnikan ras manusia menjadi hanya satu ras unggul yaitu
ras arya. Kamu bisa baca disini :
https://www.ushmm.org/wlc/id/article.php?ModuleId=10007457
https://id.wikipedia.org/wiki/Adolf_Hitler
Misi hidup Manusia yang berhasil aku
pikirkan :
1. Memberikan manfaat kepada seluruh
makhluk di muka bumi dan alam semesta
2. Menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri
dan bagi ratusan milyar makhluk yang hidup di tubuhku (ketika aku menyebutkan
“diri sendiri” jangan bayangkan kamu hanya satu individu tunggal, bayangkan
kehadiranmu itu disusun oleh ratusan milyar makhluk hidup yang perlu kamu
pimpin, so, be wise untuk dirimu dan makhluk yang hidup di tubuhmu)
3. Membantu menciptakan keseimbangan di
muka bumi
4. Menyembah Allah
5. Menjadi alasan bagi terjadinya
kehidupan lain atau takdir lain yang membutuhkanku untuk menjadikan takdir itu
terjadi.
Tulisan ini selesai dibuat pada 26 Februari
2018
Pukul 23.25 WIB