“tidak ada
yang pernah mengatakan padaku, kebenaran adalah, ketika kau tumbuh, kau mungkin
mempunyai pekerjaan yang tidak begitu baik, berada dalam hubungan yang tidak
begitu baik,dan hidup yang tidak begitu baik ”
Lin Zhen Xin
Belakangan
aku mulai bosan pada drama serta film-film korea. Kenapa? setidaknya ada beberapa
hal yang membuat aku mager nontonnya. Yang pertama, ceritanya sangat berat, aku
jadi mikir keras tiap kali nontonnya. Kedua, adegannya makin lama makin dewasa,
sehingga banyak banget adegan yang aku skip pas nontonnya. Ketiga, make upnya ngga lagi
senatural dulu. Ini mungkin selera pribadi sih, mungkin kalian ada yang
menyukai tampilan actor dan aktris korea yang sekarang tapi aku sendiri, secara
pribadi, terlanjur berekspektasi kalau dalam film/ drama korea semua pemain ditampilkan
senatural mungkin dan ngga berlebihan gitu. Sayangnya menurutku belakangan ini
make-upnya makin berlebihan, termasuk pemeran laki-lakinya jadi ngebuat aku
rada aneh pas nontonnya. Ini selera pribadi loh ya, ngga berarti karena aku
mengatakan aku ga suka cowo yang make up itu berarti aku bakal merendahkan
semua cowo yang make up. Ini Cuma akunya aja yang Sukanya begitu, hehe.
Naah,
ditengah kegalauanku atas keinginan nonton film yang bisa buat aku ngerefresh
otakku kembali, aku menemukan sebuah webdrama berjudul Love so beautiful yang
udah aku review juga disini. Ini awal mula aku menemukan film ini. selesai
nonton Love so beautifull, aku yang gabisa moveon terus-terusan ngedengerin lagunya.
Eh pas aku lupa ngeganti lagunya, munculah ost film Our Times. Aku nonton juga
kan MVnya, eh kok kayanya kocak, menarik juga. gara-gara itulah, aku akhirnya
nonton Our Times.
Our times
mengisahkan tentang dua manusia yang nggak banget, Seorang cewe cupu banget
banget yang biasanya Cuma jadi tokoh figuran di film-film normal bernama Lin
Zhen Xin, dan seorang yang Brandal parah parah banget sampe aku sendiri geuleuh
ngeliatnya bernama Hsu Taiyu. Keduanya bukan tipe manusia yang akan aku kagumi,
dan aku yakin kalian juga.
Asal mula
dari pertemuan kedua tokoh utama ini adalah ketika Zhen Xin mendapatkan sebuah
Surat pink berstiker hati di laci meja belajarnya. Zhen Xin yang gak pernah
dapet surat cinta pun kesenengan, senyum-senyum gak jelas tapi itu semua
berubah saat negara api menyerang, eh bukan setelah Zhen Xin ngebuka surat itu
dan akhirnya terkuaklah bahwa itu adalah pesan berantai yang ngancem-ngancem. Pesan
ini mirip-mirip SMS yang kalian sering dapet dari teman kalian yang isinya gini
“sebarkan pesan ini ke 5 temanmu atau kalau tidak nanti malam akan ada pocong
mendatangi rumahmu”
Bodohnya si Zhen
Xin, dia percaya dan ketakutan banget gara-gara pesan itu. oleh karena itulah, Zhen
Xin mulai memikirkan siapa teman yang pantas mendapatkan surat berantai itu.
surat pertama diberikan untuk guru yang sering menghukum Zhen Xin, Wang Baidan.
Surat kedua untuk Tao Min-Min, seorang gadis cantik dan pintar yang popular di
sekolah Zhen Xin. Alibinya sih karena Zhen Xin gampang aja ngasihnya karena
Truly selalu pulang lewat depan rumah si Minmin, tapi yaa tentu saja alasan
aslinya karena Truly zebel sama si Minmin yang sangat popular dan bisa
deket-deket sama idolanya itu dan membuat Truly iri setengah mati.
Kalian sudah
bisa menebak pada siapa Truly mengirimkan surat keempat? Ya, pada Hsu Taiyu.
Alasannya, karena Hsu Taiyu ngegangguin Ouyang, si cowo paling popular di
sekolah yang tipe-tipe idaman wanita, pinter, ganteng, tinggi, jago basket,
baik de el el de es be lah pokoknya. Singkat cerita akhirnya si Hsu Taiyu dapet
surat itu di dalam tasnya. Sama temen segengnya udah di cie-ciein ajatuh, dan
dianya juga mukanya langsung malu gitu. Terus dia ngejauh buat ngebuka surat
itu. ehh dianya ngebacanya di tengah jalan kan, gak berapa lama bruk! Dia ketabrak
mobil. Kutukan surat itu nyata, teman-teman.
Maka
menyebarlah anggota gengnya Hsu Taiyu untuk mencari manusia laknat yang
tega-teganya membuat ketua mereka ketabrak mobil gegara kutukan surat. Ketauan,
gara-gara si Zhen Xin masih nyimpen surat ke lima di meja belajarnya. Pulang-pulang
Zhen Xin dihadang gengnya Taiyu, dan di seret ke semacam ruangan yang aku ga
tau, kelihatannya kaya tempat karaokean gitu tapi itu tempat nonton film. Disitulah,
si Taiyu sudah menunggu dengan muka sangar naudzubilah, lalu dia datengin Zhen
Xin sampe Zhen Xin udah tersudut aja. Ehh dia malah bilang “mau jadi temenku?”
kaya gitu. Yaudah si Zhen Xinnya shock. Dikirain mau diapa-apain kan.
Nyatanya, itu
memang apa-apa.
Jadi,
definisi teman ala Taiyu adalah pengabdian tanpa syarat, dimana Zhen Xin harus
melakukan apapun yang disuruh sama Taiyu meskipun itu aneh-aneh. Jadi si Zhen
Xin itu jadi Budaknya Taiyu. Gara-gara Taiyu, Zhen Xin terpaksa ngerjain tugas
anak segengnya Taiyu, beli mie di kantin tapi mie sama minyak wijennya harus
dipisah, sampe Taiyu juga ngajak Zhen Xin bolos gara-gara dia mau main ice
skating. Nah begitulah awal mula dari
pertemuan mereka.
Kesan
pertamaku nonton film ini adalah keduanya memang tercipta sebagai manusia yang
ngga banget, emang keduanya Cuma remah-remah roti yang diapa-apain juga ga
bakal bisa jadi keren. Ya Allah si Taiyu itu gayanya gangster sejati gada
keren-kerennya, gaya rambutnya geuleuh apalagi gaya bajunya. Berandal abis,
tukang buli orang, tukang berantem, mau minum bir, terus gayanya itu loh, tak
bisa tergambar oleh kata-kata. Aku sampe bilang “ini tipe manusia yang ga akan
pernah aku sukai lah” dan Zhen Xin juga ngga lebih baik dari Taiyu. Entah kenapa
di awal itu bagiku cupunya kelewatan sampe gak bisa aku jelasin lagi lewat
kata-kata. D A P E T B A N G E T C U P U N Y A. Aku ngeliat mereka sebagai si
berandal yang lagi ngebully anak cupu habis-habisan. Itu aja.dalam
hatiku sampe bilang “untung ini film, ya”
Tapi itu
kesan awal,
Nyatanya,
seiring dengan berjalannya film, aku menemukan kisah yang luar biasa banget,
dimana semua elemen kehidupan sekolah digambarkan dengan sangat baik, kocak
tapi dapet pesannya di Film ini. Aku nonton film ini tengah malem dan Film ini
sukses banget bikin aku ketawa ngakak berulang kali. Tapi bukan ngakak saja,
makin ketengah penonton juga akan dibuat terharu dengan ceritanya yang keren
parah. Makin ketengah itu makin seru aja ngeliat kerjasamanya Zhen Xin sama
Taiyu buat berubah jadi manusia yang lebih baik dan berjodoh sama gebetan
masing-masing. Itu sih alibi mereka berdua. Padahal, ada kenyataan berbeda yang
ga bisa aku bilang disini, takut spoilernya kejauhan haha. Tonton aja sendiri
deh, biar paham.
Allhamdulilahnya
satu kesyukuran yang paling aku senangi adalah tidak ada adegan-adegan fan service
yang membuat aku perlu skip bagian paling penting dari film. Iya saudara-saudara,
film ini, film Taiwan ini sepenuhnya lulus sensor. Kalian ga akan menemukan
adegan aneh-aneh di dalam film ini yang membuat kalian harus nge skip filmnya. Sejauh
ini hal yang perlu disensor di film ini palingan Cuma majalah porno yang dibaca
gengnya Hsu Taiyu. Tapi munculnya Cuma sekilas jadi kalian gaperlu heboh-heboh
nge-skip. Satu kelebihan yang aku sangat apresiasi di film ini.
Di Film ini
aku menemukan definisi romantisku tergambarkan dalam adegan-adegan yang
diperankan Hsu Taiyu dan Lin Zhen Xin. Yaitu adegan mereka lagi belajar bareng
di warung teh. Bagiku itu adegan paling romantis sejagad raya. Sekarang kalian
tau kan kenapa aku masih jomblo sampai sekarang. ya, aku sama payahnya dengan
Hsu Taiyu dan Zhen Xin kalau masalah yang ginian. Bagiku romantis itu bukan
pegangan tangan, tapi belajar bareng. Ntaps.
Adegan belajar
bareng yang kuanggap romantis itu sebenarnya juga menggambarkan hal lain sih,
yaitu kultur etnis china yang emang sangat berdedikasi dan gak setengah-setengah
kalau belajar. Aku suka kagum sih sama kultur mereka yang begini. Soalnya aku
bisa liat di hampir setiap film sekolahannya Taiwan, Jepang dan china itu
adegan belajar keras selalu ada dan mendominasi. Ini nunjukin keseriusan etnis
China dalam belajar ya. seolah mereka bilang “jatuh cinta boleh aja, tapi
jangan lupa belajar yaaa” gitu.
Mau ngga mau,
aku jadi membandingkan film ini dengan film Indonesia yang bergenre sama dan
gambaran umum cerita sama tapi punya konklusi berbeda. Dilan (2018) yang popular
itu nyatanya ngga lebih so sweet daripada Hsu Taiyu, setidaknya menurutku
begitu. Bukan itu saja, Hsu Taiyu dan Dilan sama-sama digambarkan sebagai anak
berandal pintar tapi dimusuhi oleh gurunya. Namun cerita Hsu Taiyu lebih
mengena dan lebih ada pesan moralnya jika dibandingkan dengan Dilan. Perbandinganku
disini mengacu pada adegan ketika dilan Ngamuk dan ingin menghajar gurunya
ketika dia dipukul dari belakang. Sebenarnya di Novel ceritanya digambarkan
lebih masuk akal dan beralasan, mengapa Dilan akhirnya ngamuk dan ingin
menghajar gurunya, yaitu karena bukan sekali itu saja si Guru bernama Suripto
berbuat semena-mena, tapi Pak Suripto memang sering memperlakukan Dilan secara
tidak adil, dan juga melakukan beberapa kali pelecehan terhadap teman-teman
perempuan Dilan. Sayangnya, di Film yang notabenenya lebih popular dan ditonton
oleh lebih banyak kawula muda ini, tidak dijelaskan secara lengkap mengapa
Dilan akhirnya ngamuk dengan gurunya. Dia Cuma mengatakan “saya dipukul Suripto
tiba-tiba” sedangkan jika merujuk pada adegan saja ya masuk akal Suripto mukul
Dilan, ya karena Dilan emang dari sononya udah nakal dan pada waktu itu dia pindah
barisan Cuma supaya deket sama Milea. Bucin banget, kan.
Sedangkan Hsu
Taiyu, cerita marahnya dia kepada kepala sekolah itu sangat beralasan
menurutku. Meskipun marahnya sangat beralasan pun tapi tetap saja dia tidak
membuat keributan dan main pukul kepala sekolahnya seenaknya, padahal kalau
yang ini jelas-jelas kepala sekolahnya salah. Hsu Taiyu menunjukkan kebijakan
yang memang harusnya dimiliki juga oleh Dilan, mengingat Dilan ini telah jadi
teladan anak bangsa dan sangat disayangkan ternyata Dilan tidak menunjukkan
banyak teladan yang baik bagi generasi Z selain tips-tips mendapatkan hati
wanita dan tips menggombal ala-ala.
Hsu Taiyu yang
notabenenya ketua gangster ternyata dibela sama temen-temennya. Bukan Cuma temen
segengnya, tapi bahkan murid-murid ambis budak akademis juga ikut-ikutan
ngebela Taiyu, dengan memberikan sebuah fakta yang bikin netizen tercengang. begitulah
bagaimana karakter Hsu Taiyu ini berkembang, ada perubahan dimana dia jadi
lebih baik yang walaupun ga langsung blek dia jadi teladan tapi ada yang patut
diapresiasi. Inilah yang aku cari di suatu film, selain ngasih fungsi hiburan,
film itu juga harus bertanggung jawab untuk ngasih pelajaran, apa yang bisa
diambil sama si penonton, bahwa “seharusnya begini, jadi yang awal jangan
ditiru yah” begitu film yang bagus, menurutku.
Oh iya,
sebagus-bagusnya suatu karya, Namanya yah buatan manusia, pasti ada aja ya
kurangnya. Kalau aku sendiri agak kecewa di versi dewasanya, karena pemerannya
diganti. Apalagi Hsu Taiyunya. Hiks. Sama di akhir-akhir jadi agak nge-drama berlebihan
gitu sebenernya. Tapi aku juga terharu
sih, Cuma yaa drama banget gitulah. Dan karakter-karakter yang ada di dekat
mereka itu ga terlalu di follow up gituloh, kaya meimei yang diawal dikenalin
sebagai orang yang ceria banget, ternyata di belakang-belakang dia Cuma jadi
peramai film aja, ga terlalu berpengaruh gitu perannya. Sama juga kaya abangnya
Zhen Xin yang harusnya perannya bisa lebih banyak tapi jadi ga terlalu berperan
disitu. Tapi kekurangannya gak terlalu ketara karena udah keburu suka sama
alurnya, sih.
“sesungguhnya,
orang yang kau lempari balon pertama kali itu bukanlah orang yang paling kau
benci, tapi orang yang sosoknya selalu ada di matamu sehingga yang lainnya tak
terlihat”
0 comments:
Post a Comment