Review Our Times (2015)


“tidak ada yang pernah mengatakan padaku, kebenaran adalah, ketika kau tumbuh, kau mungkin mempunyai pekerjaan yang tidak begitu baik, berada dalam hubungan yang tidak begitu baik,dan hidup yang tidak begitu baik ”
Lin Zhen Xin
Belakangan aku mulai bosan pada drama serta film-film korea. Kenapa? setidaknya ada beberapa hal yang membuat aku mager nontonnya. Yang pertama, ceritanya sangat berat, aku jadi mikir keras tiap kali nontonnya. Kedua, adegannya makin lama makin dewasa, sehingga banyak banget adegan yang aku skip pas nontonnya. Ketiga, make upnya  ngga lagi senatural dulu. Ini mungkin selera pribadi sih, mungkin kalian ada yang menyukai tampilan actor dan aktris korea yang sekarang tapi aku sendiri, secara pribadi, terlanjur berekspektasi kalau dalam film/ drama korea semua pemain ditampilkan senatural mungkin dan ngga berlebihan gitu. Sayangnya menurutku belakangan ini make-upnya makin berlebihan, termasuk pemeran laki-lakinya jadi ngebuat aku rada aneh pas nontonnya. Ini selera pribadi loh ya, ngga berarti karena aku mengatakan aku ga suka cowo yang make up itu berarti aku bakal merendahkan semua cowo yang make up. Ini Cuma akunya aja yang Sukanya begitu, hehe.
Naah, ditengah kegalauanku atas keinginan nonton film yang bisa buat aku ngerefresh otakku kembali, aku menemukan sebuah webdrama berjudul Love so beautiful yang udah aku review juga disini. Ini awal mula aku menemukan film ini. selesai nonton Love so beautifull, aku yang gabisa moveon terus-terusan ngedengerin lagunya. Eh pas aku lupa ngeganti lagunya, munculah ost film Our Times. Aku nonton juga kan MVnya, eh kok kayanya kocak, menarik juga. gara-gara itulah, aku akhirnya nonton Our Times.
Our times mengisahkan tentang dua manusia yang nggak banget, Seorang cewe cupu banget banget yang biasanya Cuma jadi tokoh figuran di film-film normal bernama Lin Zhen Xin, dan seorang yang Brandal parah parah banget sampe aku sendiri geuleuh ngeliatnya bernama Hsu Taiyu. Keduanya bukan tipe manusia yang akan aku kagumi, dan aku yakin kalian juga. 
Asal mula dari pertemuan kedua tokoh utama ini adalah ketika Zhen Xin mendapatkan sebuah Surat pink berstiker hati di laci meja belajarnya. Zhen Xin yang gak pernah dapet surat cinta pun kesenengan, senyum-senyum gak jelas tapi itu semua berubah saat negara api menyerang, eh bukan setelah Zhen Xin ngebuka surat itu dan akhirnya terkuaklah bahwa itu adalah pesan berantai yang ngancem-ngancem. Pesan ini mirip-mirip SMS yang kalian sering dapet dari teman kalian yang isinya gini “sebarkan pesan ini ke 5 temanmu atau kalau tidak nanti malam akan ada pocong mendatangi rumahmu” 
Bodohnya si Zhen Xin, dia percaya dan ketakutan banget gara-gara pesan itu. oleh karena itulah, Zhen Xin mulai memikirkan siapa teman yang pantas mendapatkan surat berantai itu. surat pertama diberikan untuk guru yang sering menghukum Zhen Xin, Wang Baidan. Surat kedua untuk Tao Min-Min, seorang gadis cantik dan pintar yang popular di sekolah Zhen Xin. Alibinya sih karena Zhen Xin gampang aja ngasihnya karena Truly selalu pulang lewat depan rumah si Minmin, tapi yaa tentu saja alasan aslinya karena Truly zebel sama si Minmin yang sangat popular dan bisa deket-deket sama idolanya itu dan membuat Truly iri setengah mati.
Kalian sudah bisa menebak pada siapa Truly mengirimkan surat keempat? Ya, pada Hsu Taiyu. Alasannya, karena Hsu Taiyu ngegangguin Ouyang, si cowo paling popular di sekolah yang tipe-tipe idaman wanita, pinter, ganteng, tinggi, jago basket, baik de el el de es be lah pokoknya. Singkat cerita akhirnya si Hsu Taiyu dapet surat itu di dalam tasnya. Sama temen segengnya udah di cie-ciein ajatuh, dan dianya juga mukanya langsung malu gitu. Terus dia ngejauh buat ngebuka surat itu. ehh dianya ngebacanya di tengah jalan kan, gak berapa lama bruk! Dia ketabrak mobil. Kutukan surat itu nyata, teman-teman.
Maka menyebarlah anggota gengnya Hsu Taiyu untuk mencari manusia laknat yang tega-teganya membuat ketua mereka ketabrak mobil gegara kutukan surat. Ketauan, gara-gara si Zhen Xin masih nyimpen surat ke lima di meja belajarnya. Pulang-pulang Zhen Xin dihadang gengnya Taiyu, dan di seret ke semacam ruangan yang aku ga tau, kelihatannya kaya tempat karaokean gitu tapi itu tempat nonton film. Disitulah, si Taiyu sudah menunggu dengan muka sangar naudzubilah, lalu dia datengin Zhen Xin sampe Zhen Xin udah tersudut aja. Ehh dia malah bilang “mau jadi temenku?” kaya gitu. Yaudah si Zhen Xinnya shock. Dikirain mau diapa-apain kan.

Nyatanya, itu memang apa-apa.

Jadi, definisi teman ala Taiyu adalah pengabdian tanpa syarat, dimana Zhen Xin harus melakukan apapun yang disuruh sama Taiyu meskipun itu aneh-aneh. Jadi si Zhen Xin itu jadi Budaknya Taiyu. Gara-gara Taiyu, Zhen Xin terpaksa ngerjain tugas anak segengnya Taiyu, beli mie di kantin tapi mie sama minyak wijennya harus dipisah, sampe Taiyu juga ngajak Zhen Xin bolos gara-gara dia mau main ice skating.  Nah begitulah awal mula dari pertemuan mereka.
Kesan pertamaku nonton film ini adalah keduanya memang tercipta sebagai manusia yang ngga banget, emang keduanya Cuma remah-remah roti yang diapa-apain juga ga bakal bisa jadi keren. Ya Allah si Taiyu itu gayanya gangster sejati gada keren-kerennya, gaya rambutnya geuleuh apalagi gaya bajunya. Berandal abis, tukang buli orang, tukang berantem, mau minum bir, terus gayanya itu loh, tak bisa tergambar oleh kata-kata. Aku sampe bilang “ini tipe manusia yang ga akan pernah aku sukai lah” dan Zhen Xin juga ngga lebih baik dari Taiyu. Entah kenapa di awal itu bagiku cupunya kelewatan sampe gak bisa aku jelasin lagi lewat kata-kata. D A P E T B A N G E T C U P U N Y A. Aku ngeliat mereka sebagai si berandal yang lagi ngebully anak cupu habis-habisan. Itu aja.dalam hatiku sampe bilang “untung ini film, ya”

Tapi itu kesan awal,

Nyatanya, seiring dengan berjalannya film, aku menemukan kisah yang luar biasa banget, dimana semua elemen kehidupan sekolah digambarkan dengan sangat baik, kocak tapi dapet pesannya di Film ini. Aku nonton film ini tengah malem dan Film ini sukses banget bikin aku ketawa ngakak berulang kali. Tapi bukan ngakak saja, makin ketengah penonton juga akan dibuat terharu dengan ceritanya yang keren parah. Makin ketengah itu makin seru aja ngeliat kerjasamanya Zhen Xin sama Taiyu buat berubah jadi manusia yang lebih baik dan berjodoh sama gebetan masing-masing. Itu sih alibi mereka berdua. Padahal, ada kenyataan berbeda yang ga bisa aku bilang disini, takut spoilernya kejauhan haha. Tonton aja sendiri deh, biar paham.
Allhamdulilahnya satu kesyukuran yang paling aku senangi adalah tidak ada adegan-adegan fan service yang membuat aku perlu skip bagian paling penting dari film. Iya saudara-saudara, film ini, film Taiwan ini sepenuhnya lulus sensor. Kalian ga akan menemukan adegan aneh-aneh di dalam film ini yang membuat kalian harus nge skip filmnya. Sejauh ini hal yang perlu disensor di film ini palingan Cuma majalah porno yang dibaca gengnya Hsu Taiyu. Tapi munculnya Cuma sekilas jadi kalian gaperlu heboh-heboh nge-skip. Satu kelebihan yang aku sangat apresiasi di film ini.
Di Film ini aku menemukan definisi romantisku tergambarkan dalam adegan-adegan yang diperankan Hsu Taiyu dan Lin Zhen Xin. Yaitu adegan mereka lagi belajar bareng di warung teh. Bagiku itu adegan paling romantis sejagad raya. Sekarang kalian tau kan kenapa aku masih jomblo sampai sekarang. ya, aku sama payahnya dengan Hsu Taiyu dan Zhen Xin kalau masalah yang ginian. Bagiku romantis itu bukan pegangan tangan, tapi belajar bareng. Ntaps.
Adegan belajar bareng yang kuanggap romantis itu sebenarnya juga menggambarkan hal lain sih, yaitu kultur etnis china yang emang sangat berdedikasi dan gak setengah-setengah kalau belajar. Aku suka kagum sih sama kultur mereka yang begini. Soalnya aku bisa liat di hampir setiap film sekolahannya Taiwan, Jepang dan china itu adegan belajar keras selalu ada dan mendominasi. Ini nunjukin keseriusan etnis China dalam belajar ya. seolah mereka bilang “jatuh cinta boleh aja, tapi jangan lupa belajar yaaa” gitu. 
Mau ngga mau, aku jadi membandingkan film ini dengan film Indonesia yang bergenre sama dan gambaran umum cerita sama tapi punya konklusi berbeda. Dilan (2018) yang popular itu nyatanya ngga lebih so sweet daripada Hsu Taiyu, setidaknya menurutku begitu. Bukan itu saja, Hsu Taiyu dan Dilan sama-sama digambarkan sebagai anak berandal pintar tapi dimusuhi oleh gurunya. Namun cerita Hsu Taiyu lebih mengena dan lebih ada pesan moralnya jika dibandingkan dengan Dilan. Perbandinganku disini mengacu pada adegan ketika dilan Ngamuk dan ingin menghajar gurunya ketika dia dipukul dari belakang. Sebenarnya di Novel ceritanya digambarkan lebih masuk akal dan beralasan, mengapa Dilan akhirnya ngamuk dan ingin menghajar gurunya, yaitu karena bukan sekali itu saja si Guru bernama Suripto berbuat semena-mena, tapi Pak Suripto memang sering memperlakukan Dilan secara tidak adil, dan juga melakukan beberapa kali pelecehan terhadap teman-teman perempuan Dilan. Sayangnya, di Film yang notabenenya lebih popular dan ditonton oleh lebih banyak kawula muda ini, tidak dijelaskan secara lengkap mengapa Dilan akhirnya ngamuk dengan gurunya. Dia Cuma mengatakan “saya dipukul Suripto tiba-tiba” sedangkan jika merujuk pada adegan saja ya masuk akal Suripto mukul Dilan, ya karena Dilan emang dari sononya udah nakal dan pada waktu itu dia pindah barisan Cuma supaya deket sama Milea. Bucin banget, kan.
Sedangkan Hsu Taiyu, cerita marahnya dia kepada kepala sekolah itu sangat beralasan menurutku. Meskipun marahnya sangat beralasan pun tapi tetap saja dia tidak membuat keributan dan main pukul kepala sekolahnya seenaknya, padahal kalau yang ini jelas-jelas kepala sekolahnya salah. Hsu Taiyu menunjukkan kebijakan yang memang harusnya dimiliki juga oleh Dilan, mengingat Dilan ini telah jadi teladan anak bangsa dan sangat disayangkan ternyata Dilan tidak menunjukkan banyak teladan yang baik bagi generasi Z selain tips-tips mendapatkan hati wanita dan tips menggombal ala-ala. 
Hsu Taiyu yang notabenenya ketua gangster ternyata dibela sama temen-temennya. Bukan Cuma temen segengnya, tapi bahkan murid-murid ambis budak akademis juga ikut-ikutan ngebela Taiyu, dengan memberikan sebuah fakta yang bikin netizen tercengang. begitulah bagaimana karakter Hsu Taiyu ini berkembang, ada perubahan dimana dia jadi lebih baik yang walaupun ga langsung blek dia jadi teladan tapi ada yang patut diapresiasi. Inilah yang aku cari di suatu film, selain ngasih fungsi hiburan, film itu juga harus bertanggung jawab untuk ngasih pelajaran, apa yang bisa diambil sama si penonton, bahwa “seharusnya begini, jadi yang awal jangan ditiru yah” begitu film yang bagus, menurutku.

Oh iya, sebagus-bagusnya suatu karya, Namanya yah buatan manusia, pasti ada aja ya kurangnya. Kalau aku sendiri agak kecewa di versi dewasanya, karena pemerannya diganti. Apalagi Hsu Taiyunya. Hiks. Sama di akhir-akhir jadi agak nge-drama berlebihan gitu sebenernya.  Tapi aku juga terharu sih, Cuma yaa drama banget gitulah. Dan karakter-karakter yang ada di dekat mereka itu ga terlalu di follow up gituloh, kaya meimei yang diawal dikenalin sebagai orang yang ceria banget, ternyata di belakang-belakang dia Cuma jadi peramai film aja, ga terlalu berpengaruh gitu perannya. Sama juga kaya abangnya Zhen Xin yang harusnya perannya bisa lebih banyak tapi jadi ga terlalu berperan disitu. Tapi kekurangannya gak terlalu ketara karena udah keburu suka sama alurnya, sih.

Untuk mengakhiri review ini, aku ingin mengutip kata-kata dari Lin Zhen Xin.
“sesungguhnya, orang yang kau lempari balon pertama kali itu bukanlah orang yang paling kau benci, tapi orang yang sosoknya selalu ada di matamu sehingga yang lainnya tak terlihat”










0 comments:

Post a Comment